Myanmar: Ketika kaum muda memberontak terhadap junta militer dan berhasil mengubah arah perang - BBC News Indonesia (2024)

Myanmar: Ketika kaum muda memberontak terhadap junta militer dan berhasil mengubah arah perang - BBC News Indonesia (1)

Informasi artikel
  • Penulis, Quentin Sommerville
  • Peranan, BBC News, Myanmar

Dua pria mengangkat sepasang pengeras suara berukuran hampir sama dengan badan mereka ke atas bukit berbatu. Sekitar 800 meter di bawah bukit, di kota Hpasang, terdapat pangkalan junta militer Myanmar yang luas.

Suhu hari itu begitu panas – di atas 40 derajat celcius. Bersembunyi di balik tiang-tiang bambu, terdapat beberapa pemberontak muda membawa kotak berisi baterai yang berat.

Pemimpin mereka adalah Nay Myo Zin, mantan kapten yang membelot ke sisi pemberontak setelah 12 tahun bertugas di militer Myanmar.

Ia memancarkan aura bagaikan selebritas di atas panggung, dengan jaket tentara berwarna hijau tua menutupi bahunya.

Nay Myo Zin datang ke acara itu untuk membujuk para tentara Myanmar di pangkalan militer untuk membelot.

Lewatkan Artikel-artikel yang direkomendasikan dan terus membaca

Artikel-artikel yang direkomendasikan

  • Apakah Gen Z siap untuk memimpin perusahaan?

  • Penjaga Pantai China bawa pedang dan tombak, tentara Filipina melawan 'dengan tangan kosong'

  • Perang propaganda Korsel dan Korut - Pyongyang kirim balon berisi sampah, Seoul setel musik K-Pop

  • Militer Myanmar bantai ribuan orang etnis Rohingya, sekarang malah minta bantuan

Akhir dari Artikel-artikel yang direkomendasikan

Di pedalaman hutan Negara Bagian Karenni, Myanmar timur, dua pasukan dari kubu berlawanan ikut bertempur dalam perang yang sudah berlangsung selama beberapa dekade.

Namun, pergerakan cepat dari pasukan pemberontak dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan mereka mulai unggul dibanding militer Myanmar.

Myanmar sedang berada di tengah pertikaian. Setelah puluhan tahun di bawah rezim militer yang penuh penindasan brutal, kelompok-kelompok etnis dan kaum muda kini semakin menyeret negara tersebut menuju krisis.

Pertempuran antara rezim militer Myanmar dan pasukan sipil

Dalam tujuh bulan terakhir, sekitar setengah hingga dua per tiga wilayah Myanmar dikuasai kelompok pemberontak warga sipil bersenjata.

Sejak rezim militer di Myanmar mengambil alih kekuasaan lewat kudeta pada 2021, puluhan warga tewas terbunuh – termasuk anak-anak – dan sekitar 2,5 juta warga terpaksa mengungsi.

Rezim militer kini menghadapi pergeseran kekuasaan dan berupaya untuk menghancurkan gerakan perlawanan dengan mengebom warga sipil di sekolah dan gereja menggunakan pesawat militer, sarana yang tidak dimiliki kubu pemberontak.

Sebelum Nay Myo Zin sempat menyalakan pengeras suaranya, tentara mulai meluncurkan peluru ke arahnya.

Alih-alih mundur, ia menyalakan pengeras suaranya dan berbicara melalui mikrofon: “Semua, berhenti menembak! Tolong, berhenti menembak, Dengarkan saya dulu selama lima, atau 10 menit saja.”

Tak disangka, para tentara berhenti menembak.

Myanmar: Ketika kaum muda memberontak terhadap junta militer dan berhasil mengubah arah perang - BBC News Indonesia (2)

Nay Myo Zin mulai berbicara tentang 4.000 prajurit yang menyerah kepada pasukan pemberontak di Negara Bagian Shan sebelah utara.

Ia juga memberitahu tentang peningkatan serangan dron pada gedung-gedung militer di ibu kota Myanmar, Naypyidaw.

Inti dari pesannya, 'Kami akan menang, rezimmu akan jatuh, waktunya menyerah'.

Di Hpasang dan seluruh Negara Bagian Karenni, pertempuran dan gencatan senjata terus terjadi di tengah pemberontakan terhadap kekuasaan junta militer.

Militer merebut kekuasaan dari pemerintahan sipil dalam kudeta pada 2021, dengan menahan pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi dan banyak politisi lainnya.

Namun, konflik ini jarang diberitakan, karena perhatian dunia banyak berfokus pada Perang Ukraina dan konflik Israel dan Gaza.

Baca juga:

  • Myanmar: Setahun kudeta militer, masyarakat sipil kini angkat senjata, negara mereka berlanjut ke 'perang saudara'
  • Pengakuan tentara Myanmar yang menolak bertempur melawan rakyat

Myanmar: Ketika kaum muda memberontak terhadap junta militer dan berhasil mengubah arah perang - BBC News Indonesia (3)

Lewati Podcast dan lanjutkan membaca

Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Di Myanmar tidak ada kebebasan pers, jurnalis asing jarang sekali diperbolehkan masuk secara resmi dan jikalau boleh, mereka akan diawasi dengan ketat.

Jurnalis tidak mungkin diperbolehkan mendengar kejadian versi pemberontak jika berkunjung dengan izin pemerintah.

Kami pergi ke Myanmar dan menghabiskan satu bulan di bagian timur negara itu, sambil tinggal bersama kelompok-kelompok perlawanan yang berjuang di Karenni, Negara Bagian Shan, yang berbatasan dengan Thailand dan China.

Kami bergerak melalui jalur hutan dan jalan belakang, hingga ke garis depan di mana pasukan militer diblokir dan terperangkap selama berminggu-minggu.

Seperti di Hpasang, di daerah seperti ini kubu pemberontak memiliki keunggulan.

Namun, di tempat-tempat seperti Moebye yang letaknya jauh di utara, pasukan oposisi mengalami banyak kekalahan saat menyerang militer di lahan penuh ranjau.

Di Moebye, Loikaw, dan ibu kota Myanmar, kekuatan dan kekurangan para pejuang perlawanan terlihat sangat jelas.

Myanmar: Ketika kaum muda memberontak terhadap junta militer dan berhasil mengubah arah perang - BBC News Indonesia (4)

Di Hpasang, pasukan pemberontak hanya tinggal menunggu, karena cukup yakin bahwa mereka lebih kuat.

Sekitar 80 petempur ditahan di dalam pangkalan militer selama lebih dari sebulan. Adapun sekitar 100 orang lainnya diyakini sudah tewas atau terluka.

Dari puncak bukit, menggunakan pengeras suara, Nay Myo Zin mencoba membujuk para tentara untuk menyerah:

“Kami telah mengepung Anda. Tidak mungkin helikopter bisa datang. Bantuan dari pasukan darat? Tidak ada. Kami memberimu waktu untuk memutuskan apakah akan membelot ke pihak rakyat.”

Hanya ada keheningan dari kamp militer di bawah bukit.

Nay Myo Zin mendesak mereka untuk meninggalkan Min Aung Hlaing, jenderal yang memimpin junta militer.

“Kalian semua akan selamat. Ini adalah jaminan terbesar yang bisa saya berikan. Jadi, jangan bodoh. Apakah Anda ingin melindungi kekayaan kotor tiran Min Aung Hlaing sampai akhir hayat? Sekarang, saya menunggu untuk menyambut Anda.“

Beberapa detik berlalu, dengan hanya ada suara lalat berterbangan di atas bukit, yang mungkin saja menandakan pasukan militer junta sedang mempertimbangkan respons mereka.

Menyerah bukanlah keputusan yang mudah. Kalau mereka membelot dan kembali ke daerah yang dikuasai militer, mereka mungkin akan dihukum mati.

Baca juga:

  • Cerita kaum muda Myanmar berupaya kabur dari paksaan junta ikut wajib militer
  • Nasib istri merayakan Lebaran tanpa suami yang ‘disandera’ di Myanmar - 'Dia dipukuli saat malam takbiran'

Tentara militer Myanmar menjawab ajakan itu dengan kembali menembaki bukit berbatu sehingga para pemberontak menunduk dan berlindung.

Meski diserang, Nay Myo Zin tetap berbicara lewat mikrofon. Ia memerintahkan pasukannya lewat radio untuk mencoba pendekatan berbeda.

sem*ntara, kepada pasukan militer Myanmar, ia mengumpat dan memaki mereka.

Kedua sisi saling mengumpat, Nay Myo Zin menyebut mereka “anjing penjaga” Min Aung Hlaing dan menuding mereka mengkhianati negara.

Para prajurit militer Myanmar membalas dengan makian pula. Di tengah kondisi yang tidak bisa dijangkau penambahan pasukan atau stok makanan, mereka tetap gentar dan memegang kepercayaan bahwa militer berhak menguasai Myanmar.

Perbedaan ideologi antara dua pihak itu sulit dijembatani.

Upaya saling tarik-ulur itu berlanjut sampai sekitar 30 menit sebelum pasukan pemberontak memutuskan untuk mundur.

Saat Nay Myo Zin secara antusias memberikan pidatonya agar pasukan militer mau menyerah, ia tidak sengaja memberitahu letak mereka (“Saya 360 meter dari pengeras suara”, katanya) dan mereka khawatir akan terjadi serangan meriam atau mortir.

Sore itu juga, bukit mereka diserang, tapi tidak ada pasukan yang terluka.

Mengapa banyak pemuda ingin melawan rezim militer?

Pemberontakan di Myanmar bukan hanya sekedar perang ideologi, namun sebuah perang antargenerasi. Pemuda melawan pihak yang berkuasa agar bisa bebas dari orde lama.

Kaum muda yang terhubung melawan kaum elite yang tidak sama sekali peka.

Kaum muda di Myanmar yang dulu mendengar cerita-cerita tentang revolusi gagal, merasa sudah saatnya mereka berjuang.

Setelah melewati setengah abad di bawah kuasa junta militer, Myanmar sempat melakukan percobaan singkat berupa pemerintahan demokrasi pada 2015 di bawah pimpinan Aung San Suu Kyi dan Liga Nasional untuk Demokrasi.

Bagi kebanyakan orang muda, tahun-tahun percobaan sistem demokrasi itu – meski dilanda masalah juga – menandakan masa kebebasan yang berakhir terlalu cepat.

Setelah militer melancarkan kudeta, aksi protes yang damai malah dibalas dengan pembunuhan dan penangkapan. Kebanyakan dari mereka yang ikut berjuang menyatakan tidak ada alternatif lain selain mengangkat senjata.

Ribuan orang muda di Myanmar putus sekolah dan meninggalkan karier di kota-kota besar seperti Yangon. Sebagian dulunya bekerja sebagai dokter, ahli matematika dan ahli pencak silat.

Kini, mereka pergi jauh dari kota-kota itu untuk bergabung dalam kelompok etnis dan pemberontakan untuk melawan rezim militer.

Di garda depan perlawanan, semua prajuritnya berusia di bawah 25 tahun.

Nam Ree, seorang pemuda berusia 22 tahun yang bergabung dalam Pasukan Pembela Karenni Nasional (KNDF), menjelaskan mengapa ia ikut dalam pemberontakan.

"Anjing-anjing [hinaan yang biasa digunakan untuk militer] ini tidak berlaku adil. Kudeta militer mereka melanggar hukum. Kami, kaum muda, tidak puas dengan itu," katanya.

Dia mengenakan sandal jepit, cat kuku berwarna biru, celana panjang pudar dan sabuk amunisi di atas kaosnya yang bercorak Barcelona FC.

Myanmar: Ketika kaum muda memberontak terhadap junta militer dan berhasil mengubah arah perang - BBC News Indonesia (5)

Berbeda dengan pria-pria di sekitarnya, Nam Ree memiliki helm balistik. Tidak ada prajurit lain yang memiliki pelindung tubuh.

KNDF merupakan pasukan baru berisi prajurit-prajurit muda dan komandan yang muncul setelah terjadi kudeta.

Kelompok etnis bersenjata telah berjuang melawan militer di Karenni, yang juga dikenal sebagai Negara Bagian Kayah, selama puluhan tahun. Tetapi berkat KNDF, mereka bersatu dan dapat mengalahkan musuh di lapangan.

Junta militer mulai goyah pada 27 Oktober tahun lalu ketika aliansi kelompok-kelompok pemberontak dari bagian utara Myanmar mengambil alih titik-titik militer dan perbatasan.

Puluhan kota-kota kecil lain di Myanmar berhasil dikuasai oleh pihak pemberontak. Pasukan militer masih berkuasa atas kota-kota utama, namun mulai kehilangan kendali atas daerah pedasaan dan perbatasan Myanmar.

KNDF mengatakan mereka, dan kelompok-kelompok pemberontak lainnya, mengendalikan 90% dari wilayah Karenni.

Meskipun Karenni merupakan negara bagian Myanmar terkecil, tetapi kini telah menjadi pusat perlawanan yang kuat.

Myanmar: Ketika kaum muda memberontak terhadap junta militer dan berhasil mengubah arah perang - BBC News Indonesia (6)

Di bawah pepohonan mangga, terdapat wakil komandan KNDF yang kuat dan bertato, Maui Pho Thaike.

Maui Pho Thaike merupakan ahli pelestarian lingkungan yang sempat menempuh pendidikannya di Amerika Serikat. Ia pertama kali mengangkat senapan tiga tahun yang lalu.

Ia tidak mengakui junta militer sebagai pemerintah resmi. Karena mereka adalah penindas kelompok-kelompok etnis di Myanmar, katanya.

Maui mengatakan satu negara sekarang sedang berjuang melawan militer.

“Strategi yang kami gunakan sudah berubah. Semua serangan sekarang terkoordinasi,“ ucapnya.

KNDF memiliki banyak prajurit, tetapi amunisi dan senjata masih sangat sedikit dan perlu pasokan lebih. Perjuangan mereka sebagian besar didanai oleh donasi dari diaspora Myanmar.

“Kami memiliki hati dan [keteguhan] moral yang cukup, kami memiliki kemanusiaan. Itulah cara kami mengalahkan mereka,“ ujar Maui.

Di tangannya terdapat tato bertulisan “pemikir bebas”, dari zaman yang berbeda, ketika Myanmar masih berupaya menjalankan demokrasi.

Apakah Anda masih seorang pemikir bebas, saya tanya kepadanya.

“Dalam seragam ini, tidak,“ kata Maui. “Tetapi tanpa seragam [prajurit], saya pria yang bebas. Itu mimpi kami. Kami akan mewujudkannya kembali.”

Myanmar: Ketika kaum muda memberontak terhadap junta militer dan berhasil mengubah arah perang - BBC News Indonesia (7)

'Dia sangat sedih karena tidak bisa ikut berjuang'

Saat memasuki ke Myanmar, Anda pergi ke negara yang tidak hanya dilanda perang, tetapi juga negara yang hilang kontak dengan dunia luar.

Kebanyakan dari jaringan ponsel, internet, dan listrik di Karenni telah dipadamkan. Walaupun militer mengalami kemunduran, tetapi prajurit mereka masih mengawasi jalanan-jalanan utama Karenni.

Perjalanan sejauh 60 kilometer dari Hpasang ke arah utara menuju kota Demoso membutuhkan waktu lebih dari 10 jam jika melalui jalanan berbatu, melewati perbukitan, sungai dan lembah.

Di rumah sakit tengah hutan, pejuang-pejuang muda dari KNDF berbaring di tempat tidur rumah sakit dan lantai kotor.

Beberapa prajurit tersenyum dan mengacungkan jempol, meski banyak yang kehilangan lengannya.

Myanmar: Ketika kaum muda memberontak terhadap junta militer dan berhasil mengubah arah perang - BBC News Indonesia (8)

Aung Ngle, 23 tahun, kaki kirinya bengkak setelah terkena serpihan peluru saat pasukannya menyerang pangkal militer.

Ia tidak bisa berbicara karena kesakitan, tapi ia mulai menangis. Tiga rekannya datang untuk menghiburnya.

Aung Ngle tidak bisa dioperasi di rumah sakit itu, ia harus menempuh perjalanan panjang ke Thailand untuk mendapatkan perawatan.

Saya bertanya kepada dokter apakah Aung Ngle akan selamat.

“Ia akan baik-baik saja,” kata dokter itu. ”Tetapi sekarang, saya pikir dia sangat sedih karena tidak bisa ikut berjuang.”

Dalam berbagai hal, konflik ini berasal dari zaman lain, sifatnya brutal dan intim. Pertempuran di Moebye berlangsung selama beberapa hari dari jarak dekat.

Satu pria memiliki banyak luka di tangan, kaki dan perutnya. Ia terkena serangan granat tangan. Pasukannya berusaha menyelamatkan komandan yang tertembak di kaki saat granat itu datang.

“Jaraknya dekat, sekitar 30 kaki,” katanya.

Perebutan wilayah antara militer dan pemberontak

Kami melihat peperangan berlangsung saat pergi ke wilayah Shan, mengarah ke kota Hsihseng.

Di sekitar sana, militer sedang menyiapkan serangan balasan dengan mengambil alih jalur menuju Loikaw, ibu kota negara bagian itu yang juga merupakan wilayah perebutan.

Militer belum berhasil menguasai daerah itu, tetapi KNDF sedang unggul di bawah pimpinan pejuang bernama Darthawr.

Dia, seperti kebanyakan prajurit, terluka akibat serangan dan bekas luka berwarna merah tua berada di bawah lengan kaosnya.

”Bagi kami, membela tempat ini sama halnya seperti membela rumah kami,” katanya. Ia mengenakan celana pendek dan sendal. Sama seperti pasukannya yang lain, ia tidak memiliki pelindung tubuh.

Baca juga:

  • Militer Myanmar bantai ribuan orang etnis Rohingya, sekarang malah minta bantuan
  • KTT ASEAN: Indonesia ‘siap’ berbicara dengan junta Myanmar, ‘pencederaan nilai-nilai kemanusiaan tidak bisa ditoleransi’

Kami pun tidak mengenakan pelindung tubuh.

Ketika kami berdiri di bukit rendah dekat perkebunan pisang, Darthawr menunjuk ke posisi militer, yang jaraknya 1,5 kilometer.

Peluru berjatuhan dekat kami dan kami bergegas mencari parit dangkal. Tembakan peluru, mungkin jenis mortir, semakin mendekat

Suara tembakan otomatis terus terdengar dari jarak dekat, para prajurit ternyata berada di tempat yang lebih dekat dari perkiraan awal.

Kami langsung menyadari bahwa sekelompok tentara sedang melewati lahan ranjau menuju posisi itu. Kami langsung bergegas pergi dengan cepat di tengah hujan peluru.

Sebuah mortir bahkan menghantam jalanan tepat di depan mobil kami.

"Pasukan mereka terluka, itulah mengapa mereka menembak secara acak ke mana-mana," jelas Darthawr.

Kemeriahan upacara wisuda prajurit pemberontak

Pada upacara wisuda pasukan pemberontak yang diselenggarakan di tengah hutan, prajurit-prajurit muda dengan pangkat-pangkat berbeda berbaris dalam formasi.

Mereka memberi hormat kepada pimpinan KNDF, sepatu bot mereka menginjak debu tanah.

Para pemuda dan pemudi, kebanyakan baru berusia 18 tahun, berbaris mengikuti irama lagu bahasa Inggris bertajuk Warrior. Liriknya berbunyi:

Saya yang pulang terakhir, tetapi berangkat pertama

Tuhan, bunuh saya sebelum saya menjadi tua.

Saya seorang prajurit dan saya terus berbaris

Saya seorang pejuang dan ini lagu saya

Ada lebih dari 500 prajurit, jumlah perekrutan terbanyak yang tercatat. Pasukan pemberontak bertambah banyak setelah junta militer mengeluarkan perintah wajib militer lantaran mulai kekurangan SDM.

Myanmar: Ketika kaum muda memberontak terhadap junta militer dan berhasil mengubah arah perang - BBC News Indonesia (9)

Saat terakhir kali saya melihat pasukan itu, mereka sedang berlatih menggunakan senapan bambu. Kini, mereka memegang senjata asli.

Komandan mereka, Maui, mengatakan mereka tidak memiliki cukup waktu untuk berlatih.

“Strategi kami seperti ini, kami mengatur pelatihan intensif selama satu bulan, kemudian kami berangkat bertempur.”

Setelah upacara selesai, suasana menjadi liar. Seorang rapper muda, MC Kayar Lay, yang ikut juga wisuda hari itu, membuat prajurit lainnya menari-nari dan merayakan kelulusan mereka.

Memang sulit untuk memprediksi ke mana arah pemberontakan akan berjalan. Untuk kedua kubu, perang ini bersifat eksistensial dan dipenuhi tumpah darah dan kepahitan. Seperti tidak ada jalan keluar.

Setelah tiga setengah minggu, kami kembali ke Hpasang. Pangkalan militer, yang sebelumnya hendak diserbu oleh pasukan pemberontak, tetap berdiri utuh.

Myanmar: Ketika kaum muda memberontak terhadap junta militer dan berhasil mengubah arah perang - BBC News Indonesia (10)

Militer Myanmar telah berusaha mengirimkan bantuan, berupa 100 orang, tetapi dalam pertempuran melawan pemberontak, 57 tentara tertangkap dan sisanya kabur atau terbunuh.

Tentara gagal menambah pasokan mereka, tetapi pertempuran dengan pasukan pemberontak membawa dampak lain. Persediaan peluru mereka berkurang drastis sehingga mereka tidak bisa meluncurkan serangan balasan.

Sehari sebelum kami sampai, pesawat militer menjatuhkan bom terhadap bukit di atas Hpasang. Serangan udara itu membunuh tiga pemuda yang kami temui tadi siang dan melukai 10 lainnya.

Sebelumnya, sempat terdengar suara musik dan nyanyian dari posisi mereka dekat Sungai Salween yang luas. Mereka terlihat cukup santai sambil menunggu musuh datang.

Namun, kini suasannya menjadi gelap. Ajakan awal untuk membelot sudah ditinggalkan. Sekarang, mereka akan bertempur hingga mati.

Myanmar: Ketika kaum muda memberontak terhadap junta militer dan berhasil mengubah arah perang  - BBC News Indonesia (2024)

References

Top Articles
Latest Posts
Article information

Author: Amb. Frankie Simonis

Last Updated:

Views: 5872

Rating: 4.6 / 5 (56 voted)

Reviews: 87% of readers found this page helpful

Author information

Name: Amb. Frankie Simonis

Birthday: 1998-02-19

Address: 64841 Delmar Isle, North Wiley, OR 74073

Phone: +17844167847676

Job: Forward IT Agent

Hobby: LARPing, Kitesurfing, Sewing, Digital arts, Sand art, Gardening, Dance

Introduction: My name is Amb. Frankie Simonis, I am a hilarious, enchanting, energetic, cooperative, innocent, cute, joyous person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.